TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG-
Kenyamanan handling saat test drive sepeda motor Ducati Monster di
Jakarta beberapa tahun lalu, menjadi alasan Dwi Kurniawan (33)
memodifikasi Bajaj Pulsar 180 DTS-I miliknya.
Tahu kopling yang
digunakan Ducati mengaplikasikan sistem kopling hidrolik. Pengusaha
clothing itupun mencari tahu apakah bisa hal serupa diaplikasikan di
tunggangannya tersebut.
Setelah mencari informasi di internet dan
mengunjungi beberapa bengkel modifikasi di Semarang, ia menemukan cara
pengaplikasian kopling hidrolik tersebut. Langsung, Dwi mengganti
kopling manual di motor Bajaj Pulsar miliknya dengan kopling tanpa
penggerak kawat itu.
"Saya sudah modifikasi motor saya sejak 2013
lalu. Warna merah saya pilih karena rasa ketertarikan saya dengan
Ducati. Karena memiliki Ducati bisa dibilang sangat jauh (harapan), saya
coba buat motor saya se-sporty mungkin dan handlingnya pun hampir
mirip," ujar pria kelahiran Semarang, 24
April 1981 ini.
"Saya
cari waktu itu kopling hidrolik yang dijual teman saya yang juga
kebetulan pakai dan bisa sekaligus memasang di awal Juli 2014. Bedanya
terasa memang, dengan kopling hidrolik handlingnya terasa empuk dan
ringan. Sejak itu hingga kini masih bagus dan berfungsi secara baik,"
lanjut Dwi.
Yang paling bermanfaat baginya saat harus mengendarai
motor di jalanan yang macet. Rasa pegal memegang kopling tidak dirasakan
Dwi karena tarikan koplingnya tak seberat kopling manual.
"Sekitar
tiga setengah bulan saya pakai juga tidak ada keluhan pada kopling.
Berbeda dulu waktu pakai manual kabel kopling pernah putus saat saya
bawa touring. Sampai mau cari spare part juga nggak gampang. Kalau
kopling hidrolik risikonya bocor selang tapi tidak gampang bocor karena
bahan yang saya gunakan sudah bagus," jelas bapak dua anak itu.
Mengganti
kopling manual ke kopling hidrolik, Dwi membutuhkan dana hingga Rp 1,7
juta. Biaya itu sudah lengkap satu paket kopling hidrolik berisi,
master, handle, tabung minyak, selang, dan tonjokan kopling. Plus oli
dan pemasangannya. "Alhamdulillah dalam pemasangan tidak perlu
mengorbankan bagian apapun. Karena motor saya sudah pakai firing, selang
dan penempatan master kopling tidak perlu merubah apapun pada stang,"
ujarnya.
Hal berbeda dilakukan Fahmi Nur Ichwan (29). Pernah
memasang kopling hidrolik di Yamaha New Vixion, karena selang bocor,
dirinya balik lagi menggunakan kopling manual. "Sekitar dua bulan saya
pasang kopling hidrolik. Waktu itu ingin coba pasang karena pengin lebih
enak handlingnya. Namun beberapa bulan lalu selangnya bocor dan tidak
bisa berfungsi lagi," ujar warga Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur
ini.
Karena belum memiliki dana dan merasa ribet keluar masuk
bengkel, dia pakai lagi kopling manual lama yang dulunya dipakai. Fahmi
menemukan hal unik saat kopling manual lama dipasang. "Tarikan kopling
lama sampai saat ini ringan tak seperti dulu. Kalau kata teman saya yang
bekerja di bengkel memang ada pengaruhnya setelah memakai kopling
hidrolik lalu kembali ke kopling manual. Lebih ringan tapi tak seringan
kalau pakai kopling hidrolik," aku Fahmi. (tribuncetak/alv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar